28 March 2007

ANTARA News :: Greenpeace: RI Kehilangan Hutan Tercepat di Dunia

ANTARA News :: Greenpeace: RI Kehilangan Hutan Tercepat di Dunia:

"Greenpeace: RI Kehilangan Hutan Tercepat di Dunia

Semarang (ANTARA News) - Greenpeace Indonesia mengungkapkan, Indonesia merupakan negara yang mengalami pengurangan luas hutan tercepat di dunia dengan setiap tahunnya kehilangan 1,8 juta hektare area hutan.

Juru Kampanye Iklim dan Energi untuk Greenpeace Indonesia, Nur Hidayati di Semarang, Rabu, mengatakan, kehilangan hutan seluas itu sebagian besar disebabkan kebakaran hutan dan pembalakan hutan (illegal logging) yang belum bisa dihentikan hingga hari ini.

'Karena angka kehilangan hutan setiap tahun begitu banyak, Greenpeace sampai berniat memasukkan catatan itu dalam Guiness World Record,' kata lulusan Teknik Lingkungan ITB tersebut.

Menurut Nur, data resmi Pemerintah Indonesia mengenai angka kehilangan hutan setiap tahunnya malah jauh lebih luas, mencapai 2,8 juta hektare.

Ia mengatakan, dengan asumsi setiap tahun kehilangan 1,8 juta hektare hutan dan tidak ada langkah nyata yang mampu menekan kehilangan itu, maka 50 tahun mendatang Indonesia akan kehilangan sebagian besar hutan rimbanya.

'Kehilangan 1,8 juta hektare tersebut setara dengan dua persen dari luas hutan yang ada,' katanya.

Ia mengingatkan, kehilangan hutan akibat pembakaran dan pembalakan juga menyebabkan kerusakan ekosistem bahkan ikut memicu perubahan iklim, karena memicu munculnya efek rumah kaca yang menyebabkan suhu di bumi meningkat.

Perubahan iklim akibat pemanasan global yang sebagai besar dipicu oleh aktivitas manusia itu, katanya, sudah mulai terasa pada saat ini dengan berubahnya musim, seperti kemarau yang lebih panjang dan waktu hujan yang lebih singkat dengan curah hujan sangat tinggi.

Perubahan iklim akibat pemanasan global yang sebagai besar dipicu oleh aktivitas manusia itu, katanya, sudah mulai terasa pada saat ini dengan berubahnya musim, seperti kemarau yang lebih panjang dan waktu hujan yang lebih singkat dengan curah hujan sangat tinggi.

Ia mengingatkan, negara kepulauan seperti Indonesia sangat rentan terhadap dampak perubahan iklim.

"Kenaikan permukaan air laut, perubahan iklim yang ekstrem, banjir, dan kekeringan sudah melanda kita dan semua ini merupakan dampak dari perubahan iklim global," katanya.

Menurut Nur, Indonesia memiliki pilihan jelas, apakah akan menjadi bagian dari solusi untuk menanggulangi krisis iklim global atau sebaliknya.

Sejak saat ini, katanya, Indonesia harus ambil bagian dalam penanggulangan krisis iklim global, misalnya dengan menekan penggunaan energi bahan bakar minyak, menghindari penggunaan nuklir sebagai sumber energi listrik, dan menghentikan "deforestasi", baik akibat kebakaran maupun pembalakan.(*)

No comments: