23 October 2006

Mengapa Arab Saudi Ber-ledul Fitri Senin 23 Oktober

Semalam (21-10-06) saya buka web-nya Hisbut Tahrir Indonesia (HTI). Sahabat kita ini menganut paham penanggalan global dan ternyata mulai berpuasa sejak Sabtu 23 September, mengacu Arab Saudi dan Negeri Timur tengah lainnya. Pada sisi lain, NKRI mulai puasa Ahad 24 September. Sehingga Arab Saudi (dan HTI) beridulfitri Senin 23 Oktober dan ini "harga mati" (tidak mungkin Selasa 24 Oktober, karena 23 Oktober itupun sudah mengistikmalkan Ramadhan menjadi 30 hari dan Ramadhan tidak mungkin 31 hari).

Mengapa Arab Saudi yang letaknya lebih barat sekitar 4 jam di belakang kita kok bisa lebih dahulu memulai puasa/idul fitri (melihat hilal), semestinya wilayah yang lebih timur (kita) yang lebih dahulu melihat hilal? Saya juga pernah ditanya oleh Ustadz Taufik Asnuri tentang ini. Bermodalkan pengetahuan ilmu astronomi yang pas-pasan saya mencoba menjawab (saya baru mendapat jawaban ini kira-kira setahun yll, sebelumnya juga tidak tahu). Begini astronomi memberi penjelasan tentang fenomena tsb.

1. Jum'at 22 September tempo hari sekitar pukul 18.00 WIB ketika matahari tenggelam posisi hilal di Indonesia masih di bawah ufuk. Sehingga Sya'ban digenapkan menjadi 30 hari dan kita mulai puasa bukan pada Sabtu besok harinya, tetapi pada Ahad 24 September 2006.

2. 4 jam kemudian pada hari yang sama matahari tenggelam di wilayah Arab Saudi (sekitar pukul 22.00 WIB), umur bulan sudah lebih tua 4 jam dibandingkan ketika matahari tenggelam di Indonesia dan posisinya berlahan merangsak ke atas dan sudah di atas ufuk. Sehingga rukyatul hilal berhasil dan mereka mulai berpuasa pada esok harinya, Sabtu 23 September

3. Jika Arab Saudi mulai puasa Sabtu, maka tanggal 29 Ramadhannya (tanggal untuk merukyat hilal) adalah Sabtu 21 Oktober. Dan Sabtu senja kemarin mereka sudah melakukan rukyatul hilal (mengamati hilal), hasilnya pasti TIDAK TERAMATI. Maka, mereka menggenapkan Ramadhan menjadi 30 hari dan beridul fitri pada Senin 23 Oktober. Dan itu bisa dibuktikan dengan rukyat ulang pada hari Ahad 22 Oktober, insya Allah mereka akan mengamati hilal pada Ahad senja yang ketinggiannya sudah cukup signifikan untuk diamati (hilal sangat visibel). Ahad 4 jam sebelumnya kita juga merukyat, tetapi hilal masih "malu-malu" menampakkan diri, karena umurnya masih 4 jam lebih belia dibandingkan ketika hilal berada di ufuk Arab Saudi pada hari yang sama. (lihat buitir 4)

4. Ketika kita merukyat hilal pada Ahad senja 22 Oktober umur bulan lebih muda 4 jam dibandingkan ketika dirukyat di Arab Saudi. Sehingga di kawasan Barat Indonesia posisi hilal tertinggi sekitar 0 derajat 54 menit. Ketinggian hilal yang hampir mustahil untuk bisa dilihat dengan mata telanjang. Wilayah timur justru hilal masih "ngumpet" di bawah ufuk. Walhasil (jika kita konsisten menggunakan metode rukyatul hilal) Ramadhan digenapkan 30 hari dan kita beridulfitri Selasa 24 Oktober.

5. Sebagai tambahan, di Indonesaa para penganut Hisab (khususnya Hisab Hakiki wujudul hilal seperti Muhammadiya) akan beridulfitri Senin 23 Oktober. Dengan alasan hilal sudah wujud (posisnya sudah di atas ufuk), hatta ketinggiannya masih di bawah 1 derajat.

6. 23-24 September/Oktober dan hitungan jam adalah sistem perhitungan waktu berbasis matahari. Sedangkan 1 Sya'ban, 1 Ramadhan, 1 Syawal adalah sistem perhitungan waktu berbasis bulan yang sewaktu-waktu bisa mendahului sistem perhitungan waktu berbasis matahari, bergantung variasi posisi bumi-matahari-bulan.

Semoga bermanfaat. Selamat Idul Fitri 1427 H.
Taqabbalallahu Minna Waminkum.

Mohon Maaf lahir Batin,

Wassalam

.

No comments: